Impelementasi Pendekatan Matematika Realistik dengan Metode Pq4r Berbantuan LKS dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 4 Singaraja
Senin, 12 Agustus 2013
0
komentar
Impelementasi Pendekatan
Matematika Realistik dengan Metode Pq4r Berbantuan LKS dalam
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 4
Singaraja.
Oleh I Gusti Ngurah Pujawan [Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja].
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang pelaksanaannya dirancang dalam tiga siklus.
Rancangan untuk tiap siklus terdiri atas empat tahapan, yakni :
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, oservasi/evaluasi, dan
refleksi. Sebagai subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA
SMP Negeri 4 Singaraja tahun pelajaran 2005/2006 yang terdiri atas 38
orang siswa. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk (1)
meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan prestasi belajar
siswa, (3) mengetahui mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran yang diimpelementasikan. Data tentang motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran dikumpulkan dengan melalui angket, data
prestasi belajar siswa dikumpulkan melalui tes prestasi belajar, dan
data tentang tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang
diimplementasikan dikumpulkan dengan angket. Selanjutnya, data yang
terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa, impelementasi pendekatan matematika realistik dengan
metode PQ4R berbantuan LKS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
prestasi belajar siswa, dan tanggapan siswa terhadap implementasi model
pembelajaran tergolong positip.
Kata kunci : pendekatan matematik realistik, PQ4R, lembar kerja siswa
ABSTRACT
This research is a classroom action research designed to be carried
out in three cycles. The design of each cycle consist of four stages,
i.e : planning, implemention, observation/evaluation, and reflection.
Subject of this research is students of class VIIIA of SMP Negeri 4
Singaraja in 2005/2006 academic year wich consisted of 38 students.
The aims of this research are (1) to improve students’ motivation, (2)
to improve students’ achievement, and (3) to know and describe students’
response toward the implementation of teaching learning model.
Data of students’ motivation were collected through questionnaire,
students’ achievement by using students’ achievement test, and data of
students’ response toward the implementation of teaching learning model
by using questionnaire. Thus, all of data were analyzed descriptively.
The results of this research show that, implementation of realistic
mathematics approach with PQ4R methods using students’ work sheet
improve the students’ motivation, students’ achievement, and there is a
positive students’ response toward the implementation of teaching
learning model.
Key words: realistic mathematics approach, PQ4R, students’ work sheet
1. Pendahuluan
Berbagai upaya terpadu telah dilakukan pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan, misalnya melalui penyempurnaan
Kurikulum 1984 menjadi Kurikulum 1994 dan selanjutnya mulai tahun 2004
pemerintah mulai memberlakukan kurikulum baru yang disebut dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), penataran guru tentang proses
belajar mengajar, kegiatan MGMP, dan sosialisasi Model Pembelajaran yang
inovatif dan produktif melalui kegiatan seminar dan pengabdian
masyarakat yang diselenggarakan oleh instansi terkait. Namun demikian,
semua usaha tersebut belum membuahkan hasil yang optimal. Hal ini
tercermin masih rendahnya Nilai Ebtanas Murni (NEM) atau Nilai Ujian
Akhir Murni (NUAM) yang dicapai siswa. Rendahnya prestasi belajar siswa
SMP, khususnya dalam mata pelajaran matematika dapat dilihat dari
rata-rata NEM atau NUAM yang diperoleh siswa, yang sampai saat ini masih
menjadi sorotan banyak pihak di masyarakat. Secara berturut-turut dalam
lima tahun terakhir ini, yaitu sejak tahun ajaran 1999/2000 sampai
dengan 2003/2004 untuk daerah kabupaten Buleleng rerata NEM/NUAM
matematika yang diperoleh siswa SMP belum pernah melampui 6,0 (Depdiknas
Kab. Buleleng, 2004), dan ini keadaan juga terjadi di SMP Negeri 4
Singaraja. Terakhir tahun ajaran 2003/2004, berdasarkan informasi yang
diperoleh dari Sri Aryani selaku guru matematika di SMP 4 bahwa, rerata
perolehan NUAM matematika siswa SMP Negeri 4 Singaraja adalah 4,76. Hal
ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa SMP Negeri 4 Singaraja
dalam mata pelajaran matematika belum memenuhi harapan, walaupun rerata
ini telah memenuhi standar kelulusan nasional untuk mata pelajaran
matematika. Keadaan ini perlu mendapat perhatian dan kajian mendalam
oleh kalangan praktisi pendidikan untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab serta mencari solusinya.
Hasil pengamatan peneliti terhadap pembelajaran matematika di
beberapa kelas di SMP Negeri 4 Singaraja, pada saat membimbing mahasiswa
dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2004
menunjukkan bahwa, salah satu faktor yang diidentifikasi sebagai
penyebab rendahnya prestasi belajar siswa adalah adanya anggapan yang
kuang pas bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran
guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi ini, para guru mencoba memfokuskan
pelajaran matematika pada upaya penuangan pengetahuan matematika
sebanyak mungkin kepada siswa. Dengan demikian, metode transfer
informasi yang sering dikenal dengan metode mengajar klasik (ceramah)
dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam menuangkan pengetahuan
kepada siswa.
Model ceramah sangat tidak sesuai dalam pembelajaran matematika,
karena konsep-konsep yang terkandung dalam matematika merupakan konsep
yang memiliki tingkat abstraksi tinggi. Dengan model ini, siswa
cenderung siswa menghafal contoh-contoh yang diberikan guru tanpa
terjadi pembentukan konsepsi yang benar dalam struktur kognitif siswa.
Keadaan seperti ini membuat siswa mengalami kesulitan dalam memaknai
konsep sehingga beresiko tinggi terjadinya miskonsepsi. Tidak bermakna
dan terjadinya miskonsepsi ini akan menyebabkan siswa mengalami
kesulitan dalam memahami konsep lebih lanjut. Bagi siswa, belajar
matematika tampaknya hanya untuk menghadapi ulangan atau ujian dan
terlepas dari masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga
pelajaran matematika dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan
membosankan. Kondisi seperti ini, diyakini tidak akan dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, dan akhirnya bermuara pada
rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa.
Permasalahan di atas, disikapi melalui suatu tindakan berupa implementasi pendekatan Matematika Realistik dengan metode Preview-Question-Read-Reflect-Recite-Review (PQ4R) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dipilihnya
tindakan ini sebagai alternatif pemecahan masalah, yang dilandasi oleh
beberapa agumentasi. Pendekatan matematika realistik diadopsi dari kata
Realistic Mathematics Education (RME) yang merupakan teori pembelajaran
dalam pembelajaran matematika. RME pertama kali diperkenalkan di Belanda
pada tahun 1970 oleh “The Freudenthal Institute in the Netherlands”
(Fauzan : 2001). Konsep ini menyatakan bahwa aktivitas matematika harus
dikaitkan dengan realita, dan matematika merupakan aktivitas manusia
(human activities). Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan oleh
Gravemeijer (1994), yaitu “Matematika sebagai aktivitas manusia”. Oleh
karena itu, siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali
ide-ide (reinvention) dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika dengan
bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan
berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam hal
ini dimaksudkan tidak hanya berhubungan dengan dunia nyata saja, tetapi
juga menekankan pada masalah nyata yang dapat dibayangkan oleh siswa.
Jadi, penekanannya adalah membuat suatu masalah itu menjadi nyata dalam
pikiran siswa. Usaha untuk membangun kembali konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika dapat dilakukan dengan penjelajahan berbagai
situasi nyata (realistik) dan permasalahan-permasalahan dunia nyata (de
Lange dalam Suradi, 2001). Dengan demikian, pada pendekatan realistik,
dunia nyata digunakan sebagai titik pangkal untuk mengembangkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika serta mengaplikasikan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika tersebut ke dunia nyata
atau ke bidang lain.
Treffer (dalam Ipung Yuwono, 2001), merumuskan dua tipe
pematematikaan, yaitu pematematikaan horizontal dan vertikal.
Matematisasi horizontal berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa sebelumnya bersama intuisi mereka sebagai alat untuk
menyelesaikan masalah-masalah dari dunia nyata. Sedangkan matematisasi
vertikal berkaitan dengan proses organisasi kembali pengetahuan yang
telah diperoleh dalam simbol-simbol matematika yang lebih abstrak.
Singkatnya Freudenthal (dalam Ipung Yuwono, 2001) mengatakan
“Pematematikaan horisontal berkaitan dengan perubahan dunia nyata
menjadi simbol-simbol dalam matematika, sedangkan pematematikaan
vertikal melibatkan pengubahan dari simbol-simbol ke simbol matematika
lainnya yang lebih abstrak”. Meskipun perbedaan antara dua tipe ini
mencolok, tetapi tidak berarti bahwa dua tipe tersebut terpisah sama
sekali mengingat pendekatan realistik memberikan perhatian yang seimbang
antara pematematikaan horizontal dan pematematikaan vertikal.
Metode PQ4R dikembangkan oleh Thomas dan Robhinson (1972) yamg
merupakan penyempurnaan dari metode SQ3R Robhinson (1961). Sesuai dengan
namanya metode PQ4R ini terdiri dari enam langkah, yaitu Preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review (dalam Nur, 1999). Pertama, pada tahap Preview
siswa diharapkan untuk melakukan survey terhadap materi pelajaran untuk
mendapatkan ide tentang topik dan sub topik utama serta
pengorganisasian umum. Siswa melakukan identifikasi terhadap materi yang
akan dipelajari. Pada langkah ini, siswa membuat ramalan ilmiah tentang
materi yang akan dibaca dan dipelajari, selanjutnya berdasarkan judul
(pokok bahasan) dan subjudul (subpokok bahasan). Kedua, tahap Question
siswa diminta untuk membuat dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang materi itu saat mereka mempelajarinya, khususnya pada dirinya
sendiri, dengan kata-kata yang sesuai, seperti : apa, mengapa,
bagaimana, siapa dan dimana. Ketiga, pada tahap Read siswa diminta untuk membaca materi, kemudian membuat catatan-catatan kecil (note taking),
tidak membuat catatan-catatan yang panjang. Selanjutnya siswa dapat
mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sebelumnya
selama membaca materi tersebut. Keempat, tahap Reflect
sesungguhnya merupakan refleksi terhadap materi pelajaran. Siswa mencoba
untuk memahami materi yang dibaca atau dipelajari dengan cara: (1)
menghubungkan materi yang dibaca dengan materi yang diketahui
sebelumnya, (2) mengaitkan sub-sub topik dengan konsep-konsep utama, (3)
memecahkan kontradiksi dalam materi yang disajikan, dan (4) menggunakan
materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan dan
dianjurkan dalam materi pelajaran. Kelima, tahap Recite
merupakan latihan untuk mengingat kembali materi pelajaran, dengan
memberi penekanan pada butir-butir penting (dapat menggunakan judul
kata-kata yang ditonjolkan serta catatan-catatan tentang konsep-konsep
utama) yang dapat dilakukan dengan mendengarkan sendiri, menanyakan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan. Keenam, pada tahap Review
siswa mereviu materi yang dipelajari, dan memusatkan perhatian pada
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang diperoleh pada langkah sebelumnya
dan mungkin perlu membaca ulang materi yang dipelajari apabila siswa
merasa kurang yakin dengan jawabannya.
Apabila langkah-langkah pada metode PQ4R ini dikaitkan dengan
pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, maka dapat
disimpulkan bahwa melalui langkah preview dan question siswa
akan meninjau dan menghubungkan antara pengalaman dan pengetahuan yang
mereka telah miliki dengan topik yang mereka sedang pelajari. Pada
langkah read dan reflect siswa akan berusaha
untuk mempelajari dan memahami topik yang dibahas sehingga mereka
memperoleh pengetahuan baru dan memformulasikan pengetahuan itu untuk
dirinya sendiri. Selanjutnya pada langkah recite, pengetahuan
yang telah terbentuk perlu dimantapkan kembali melalui suatu latihan
sehingga pengetahuan tersebut menjadi permanen dalam ingatan siswa.
Disadari bahwa setiap siswa memiliki perbedaan dan keterbatasan, baik
pengalaman, pengetahuan awal, dan kecepatan belajar sehingga hal ini
berdampak pada kecepatan pemahaman dan penguasaan materi ajar.
Sehubungan dengan itu, setiap siswa diberi kesempatan untuk mereviu
topik yang telah mereka pelajari (tahap review). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan metode PQ4R sangat mendukung
implementasi pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran
matematika.
Proses pembelajaran konvensional, umumnya lebih menempatkan guru pada
perannya sebagai pusat informasi dan ilmu pengetahuan, dan bahkan
kadang menjadi satu-satunya sumber, sekaligus sebagai satu-satunya
validator. (Sugiarta, 2001). Berbagai dampak negatif dirasakan dengan
keadaan ini, seperti kelas pasif, interaksi satu arah, serta kurangnya
perhatian guru terhadap potensi dan gagasan siswa sebagai sumber daya.
Namun kini, pengembangan pendekatan matematika realistik melalui
berbagai metode (salah satunya PQ4R) merupakan salah satu pendekatan
konstruktivis meghendaki peran guru sebagai fasilitator atau mediator
yang kreatif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini, bukan saja
karena globalisasi informasi ataupun pengelolaan pembelajaran yang
memerlukan bantuan berupa bimbingan, melainkan pebelajar dewasa yang
mempunyai ide-ide segar ataupun konsepsi yang dapat berkembang. Disadari
bahwa tidak semua guru mempunyai waktu yang cukup untuk memberi bantuan
maksimal mendukung proses belajar siswa. Banyak faktor penyebabnya,
salah satu di antaranya kurangnya sumber belajar bermutu yang sesuai
dengan kebutuhan. Berdasarkan pemikiran model konstruktivis sosial, maka
lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang
sesuai, sebab LKS dapat mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran. LKS
adalah suatu lembaran yang berisikan sejumlah informasi serta instruksi
yang ditujukan untuk mengarahkan siswa bertingkah laku sebagaimana
diharapkan pembuatnya, dalam hal ini pengajar (Suwarti, 1996). LKS yang
baik adalah LKS yang mampu menjadikan pebelajar mempunyai keinginan
untuk beraktivitas sesuai dengan instruksi. Pada dasarnya, LKS sangat
tepat digunakan untuk tujuan menjadikan pebelajar yang lambat laun dapat
bekerja secara mandiri. Disamping itu, dengan LKS siswa akan mampu
mengingat suatu konsep lebih lama bahkan permanen, karena konsep
tersebut diperolehnya melalui keterlibatan mental yang tinggi. Sarna
(1999) mengemukakan bahwa, penggunaan LKS dapat mengoptimalkan sumber
daya siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Beberpa keuntungan
spesifik dari pemanfaatan LKS dalam pemebelajaran adalah (1) dapat
menumbuhkan kemandirian siswa, (2) dapat menumbuhkan aktivitas,
kreativitas, serta motivasi belajar siswa, (3) menghemat waktu, dan (4)
memberi kesempatan yang lebih banyak bagi guru untuk melakukan
bimbingan individu ataupun kelompok. Dengan demikian, diyakini bahwa
penggunaan LKS sangat mendukung implementasi pendekatan matematika
realistik dengan metode PQ4R dalam rangka meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar matematika siswa.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah (1) meningkatkan motivasi
belajar siswa, (2) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, dan
(3) mengetahui dan mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap
impelementasi Pendekatan Matematika Realistik dengan Metode PQ4R berbantuan LKS.
Manfaat praktis yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini adalah
(1) siswa yang terlibat dalam penelitian akan memperoleh pengalaman
langsung dalam belajar matematika melalui impelementasi pendekatan
Matematika Realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS, (2)
temuan-temuan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh guru dalam merancang dan melaksanakan program
pembelajaran, dan (3) memberikan pengalaman langsung kepada guru dalam
mengimplementasikan pendekatan Matematika Realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS pendekatan Matematika Realistik dengan metode PQ4R
berbantuan LKS sebagai upaya meningkatkan kualitas pemebelajaran dan
hasil belajar matematika siswa, dan melalui pengalaman ini diharapkan
mereka lebih kreatif dalam memilih dan mengembangkan strategi
pembelajaran yang inovatif dan produktif.
2. Metode Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 4
Singaraja Tahun Ajaran 2005/2006 yang terdiri atas 38 orang siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
pelaksanaannya dirancang dalam tiga siklus. Rancangan untuk tiap siklus
terdiri atas empat tahapan, yakni : perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. (Kemmis and Taggart, 1988).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(1) data mengenai motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
dikumpulkan melalui angket. Angket ini terdiri atas 12 item, yang
penskorannya menggunakan skala Likert, yakni masing-masing item
mempunyai skor maksimal 5 dan skor minimal 1, (2) data prestasi belajar
siswa dikumpulkan melalui tes prestasi belajar, dan (3) data tentang
tanggapan siswa terhadap terhadap strategi pembelajaran yang
diimplementasikan dikumpulkan melalui angket yang memuat 10 item dengan
penskoran juga menggunakan skala Likert.
Data penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Secara keseluruhan
penelitian ini dikatakan berhasil jika motivasi dan prestasi belajar
siswa meningkat dari siklus ke siklus, dan pada akhir penelitian ini
motivasi belajar siswa minimal tergolong cukup, rata-rata kelas, daya
serap (DS), dan ketuntasan belajar (KB) berturut-turut minimal 6,5, 65
%, dan 85 %, serta tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran yang
diimplementasikan minimal tergolong cukup positip.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Motivasi belajar siswa dalam penelitian ini diukur melalui teknik
yang telah dikemukakan sebelumnya. Dari hasil analisis data, diperoleh
bahwa rata-rata skor motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 38,87
yang tergolong cukup. Selanjutnya, diperoleh rata-rata skor motivasi
belajar siswa pada siklus II dan siklus III berturut-turut sebesar 45,71
dan 44,66 yang keduanya tergolong tinggi.
Dari hasil analisis data prestasi belajar siswa diperoleh bahwa, skor
rata-rata kelas sebesar 6,12 dengan daya serap 61,2 % dan ketuntasan
belajar 42,11 % pada siklus I, skor rata-rata kelas sebesar 6,84 dengan
daya serap 68,4 % dan ketuntasan belajar 68,42 % pada siklus II, dan
pada siklus III diperoleh skor rata-rata kelas sebesar 7,12 dengan daya
serap 71,2 % dan ketuntasan belajar 86,84 %.
Berdasarkan hasil analisis data tanggapan siswa diperoleh rata-rata
tanggapan siswa secara klasikal sebesar 38,66. Dari kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya, ternyata tanggapan siswa terhadap imodel
pembelajaran yang diimplementasikan tergolong positip.
3.2 Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa, tindakan yang dilakukan pada
siklus I cukup berhasil membangkitkan motivasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata skor motivasi belajar siswa, yakni sebesar
38,87 yang tergolong cukup. Kualitas motivasi belajar siswa pada siklus I
ini telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Dari analisis data prestasi belajar siswa pada siklus I diketahui
bahwa skor rata-rata kelas () sebesar 6,12, DS = 61,2 % dan KB = 42,11
%., dan hasil ini belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I ini, tim peneliti
melakukan diskusi untuk mencermati keunggulan-keunggulan yang perlu
dipertahankan dan dikembangkan serta mengkaji kendala-kendala yang
menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran yang dilaksanakan. Dari
hasil diskusi ini dapat disimpulkan bahwa kurang berhasilnya
pembelajaran yang dilakukan pada siklus I adalah disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, pada siklus I ini siswa belum
terbiasa dan belum mempunyai pengalaman dengan pembelajaran
berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS,
sehingga pada awal-awal pembelajaran situasi kelas agak ribut. Kedua,
masih rendahnya motivasi siswa untuk belajar, hal ini terlihat dari
masih banyak siswa yang malas mengerjakan tugas-tugas yang tertuang
dalam LKS. Hal ini kemungkinan dikarenakan siswa kurang memperhatikan
petunjuk pengerjaan LKS, bahwa pada setiap akhir pengerjaan LKS akan
diadakan tes. Akibatnya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menjawab soal-soal evaluasi yang terdapat dalam LKS. Ketiga,
pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, terdapat beberapa orang siswa
yang sudah selesai mengerjakan soal-soal latihan mengganggu temannya
yang sedang bekerja sehingga mengganggu proses belajar. Keempat,
dalam diskusi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, hanya
beberapa siswa yang mau mengemukakan pendapat atau menjawab. Hal ini
disebabkan oleh kurang beraninya atau kurangnya rasa percaya diri siswa.
Kelima, dalam presentasi hasil kerja di depan kelas lebih banyak didominasi oleh siswa yang berkemapuan baik.
Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilakukan pada siklus I,
maka dilakukan tindakan pada siklus II. Tindakan pada siklus II
merupakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang
muncul pada siklus Pertama, pada siklus I siswa belum terbiasa
mengikuti pembelajaran matematika berpendekatan matematika realistik
dengan metode PQ4R berbantuan LKS, karenanya guru memberikan arahan
kembali kepada siswa bagaimana seharusnya mereka dalam mengikuti
pembelajaran. Kedua, dengan berbagai strategi guru berusaha
membangkitkan kesadaran dan motivasi siswa untuk belajar dengan
sungguh-sungguh. Dalam hal ini, guru memberikan perhatian lebih kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang ada pada
LKS. Ketiga, untuk menangani siswa yang mengganggu temannya
dalam mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam LKS dan umumnya
siswa ini adalah siswa berkemampuan baik, maka siswa yang telah selesai
mengerjakan soal ditugaskan untuk membimbing temannya yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan interaksi antar siswa. Keempat, mendorong siswa
yang berkemampuan kurang untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi,
dengan memberikan kesempatan bertanya dan menjawab terlebih dahulu,
misalnya dengan menunjuk siswa sehingga interaksi tidak hanya terbatas
pada siswa yang berkemampuan tinggi. Kelima, dalam presentasi hasil kerja, guru mengarahkan agar presentasi dilakukan secara bergilir.
Dalam pembelajaran pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dalam
mengikuti strategi pembelajaran yang diterapkan. Ini terlihat dari
keantusiasan siswa yang setelah diberikan LKS, siswa langsung
mengerjakan tugas-tugas pada LKS sesuai dengan petunjuk tanpa menunggu
perintah. Hal nyata yang dapat dilihat sebagai hasil pelaksanaan
tindakan siklus II adalah terjadinya peningkatan motivasi dan prestasi
belajar siswa. Dari hasil analisis data terlihat bahwa terdapat
peningkatan motivasi belajar siswa baik secara kuantitaif maupun
kualitatif. Skor motivasi belajar siswa meningkat dari 38,87 pada siklus
I menjadi 45,71 pada siklus II, yang secara kualitatif meningkat dari
katagori cukup menjadi katagori tinggi. Peningkatan juga terjadi pada
prestasi belajar siswa, yaitu skor rata-rata kelas () = 6,12 ; DS = 61,2
% dan KB = 42,11 % pada siklus I menjadi = 6,84 ; DS = 68,4 % ; dan KB =
68,42 % pada siklus II. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar siswa, rata-rata kelas, DS pada siklus II sudah
memenuhi kriteria keberhasilan, namun KB siswa belum memenuhi kriteria
keberhasilan, karena KB masih lebih kecil dari 85 %.
Dari hasil refleksi tindakan siklus II, ditemukan beberapa
kekurangan, di antaranya (1) motivasi siswa untuk mengrjakan
tugas-tugas relatif masih rendah, (2) siswa yang berkemampuan lebih
masih mendominasi jalannya diskusi, sehingga interaksi mengarah dari
siswa yang berkemampuan lebih ke siswa yang berkemapuan kurang, (3)
masih banyak siswa yang kurang percaya dengan penjelasan temannya dan
mereka lebih percaya dengan penjelasan yang dberikan guru. Untuk
mengkaji kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus II, maka tim
peneliti merefleksi kembali tindakan yang telah dilakukan dalam rangka
pelaksanaan tindakan siklus III.
Pada siklus III, guru kembali menekankan pentingnya interaksi antar
siswa dan mereka harus saling percaya karena dengan saling percaya
inilah akan tumbuh rasa percaya diri. Disamping itu, guru harus dapat
mengontrol diri sehingga betul-betul memposisikan diri sebagai
fasilitator dan memberi bantuan seperlunya..
Berdasarkan hasil analisis data siklus III diketahui bahwa rata-rata
skor motivasi belajar siswa sebesar 44,66 yang secara kualitatif
tergolong tinggi. Walaupun secara kuantitatif motivasi belajar siswa
tidak meningkat dari siklus I ke siklus II, namun secara kualitatif
motivasi belajar siswa masih berada pada katagori yang sama, yakni
tinggi. Motivasi belajar siswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria
keberhasilan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi
belajar siswa dari siklus II ke siklus III, yakni rata-rata kelas () =
6,84 ; DS = 68,4 % ; dan KB = 68,42 % pada siklus II menjadi () = 7,12
; DS = 71,2 % dan KB = 86,84 %. Dari kondisi ini dapat disimpulkan
bahwa, skor rata-rata kelas, DS dan KB siswa pada siklus III sudah
memenuhi kriteria keberhasilan.
Hasil analisis data tentang tanggapan sisiwa menunjukkan bahwa
tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran ini tergolong
positip dengan skor rata-rata sebesar 38,66. Tanggapan positip siswa ini
merupakan modal bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil di atas, secara keseluruhan penelitian ini dapat
dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian semua kriteria
keberhasilan yang ditetapkan telah terpenuhi. Diyakini bahwa
keberhasilan ini merupakan dampak positip dari implementasi pendekatan
matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS, mengingat bahwa
pendekatan matematika realistik ini sangat cocok dipasangkan dengan
metode PQ4R dalam pembelajaran matematika lerlebih lagi menggunakan
(Suradi, 2001; Nur, 1999; dan Suwarti 1996). Namun demikian, dibalik
keberhasilan masih terdapat beberapa kekurangan dalam penerapan strategi
pembelajaran ini, diantaranya : (a) masih belum optimalnya interaksi
antar siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (b) masih sulitnya
menumbuhkan rasa percaya diri siswa, (c) terbatasnya sarana belajar yang
dimiliki siswa, dan hal ini tidak terlepas dari tingkat sosial ekonomi
siswa.
4. Penutup
Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan, bahwa (1) implementasi pembelajaran matematika
berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, yakni dari 38,87 (cukup)
pada siklus I menjadi 45,71 (tinggi) pada siklus II dan menjadi 44,66
(tinggi) pada siklus III. Secara kuantitatif motivasi belajar siswa
memang tidak meningkat dari siklus II ke siklus III, namun secara
kuantitatif masih dalam katagori yang sama, yakni katagori tinggi, (2)
implementasi pembelajaran matematika berpendekatan matematika realistik
dengan metode PQ4R berbantuan LKS dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas VIII A2 SMP Negeri 4 Singaraja. Terjadi peningkatan skor
rata-rata kelas dari 6,12 pada siklus I menjadi 6,84 pada siklus II, dan
menjadi 7,12 pada siklus III. Daya Serap siswa juga meningkat dari
siklus ke siklus, yaitu dari 61,2 % pada siklus I menjadi 68,4 % pada
siklus II dan menjadi 71,2 % pada siklus III. Hal yang sama juga terjadi
pada ketuntasan belajar siswa, yakni : dari 42,11 % pada siklus I
meningkat menjadi 68,42 % pada siklus II dan menjadi 86,84 % pada siklus
III, (3) tanggapan siswa terhadap implementasi pembelajaran
matematika berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R
berbantuan LKS tergolong positip.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan
beberapa saran, yakni sebagai berikut . (1) Diharapkan kepada guru
matematika kelas VIII A2 SMP Negeri 4 Singaraja untuk menerapkan
pendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS,
minimal sesuai dengan rancangan tindakan yang disetting dalam
penelitian ini. (2) Diharapkan juga kepada para guru matematika lainya
untuk menerapkan dan mengembangkan pembelajaran matematika berpendekatan
matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa.
(3) Disarankan kepada peneliti lain yang berminat, untuk meneliti lebih
lanjut mengenai implementasi model pembelajaran ini dengan tempat dan
subjek yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: http://www.infodiknas.co
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Impelementasi Pendekatan Matematika Realistik dengan Metode Pq4r Berbantuan LKS dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 4 Singaraja
Ditulis oleh Belajar Matematika
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://doyan-matematika.blogspot.com/2013/08/impelementasi-pendekatan-matematika.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Belajar Matematika
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar